Desmon Tutu, Pastor Penentang Kebijakan Apartheid Israel

- 28 Juni 2022, 13:25 WIB
Desmon Tutu
Desmon Tutu /

Ia menulis: “Sabtu yang lalu, di Cape Town, terjadi peristiwa besar. Orang-orang berkumpul, tua muda, muslim, Kristen, Yahudi, Hindu, Buddis, agnostif, ateis, hitam, putih, merah dan hijau, sebagai satu kesatuan yang mengharapkan bangsa yang bersemangat, toleran, dan multikultural. Saya meminta massa itu untuk bersenandung bersama saya: 'Kami menentang ketidakadilan penjajahan ilegal di Palestina. Kami menentang diskriminasi dan pembunuhan di Gaza. Kami menentang kekerasan yang dilakukan semua pihak. Tapi, kami tidak menentang orang-orang Yahudi.,” (Haaretz, 26 Desember 2021).

"Dari sini, pelajaran penting dari Desmond Mpilo Tutu adalah bahwa perjuangan membela Palestina merupakan perlawanan terhadap pemerintahan Israel. Bukan umat agama Yahudi, bukan pula orang-orang Yahudi,"katanya.

Selain itu, Desmond Tutu menyerukan perlawanan terhadap kekerasan dengan jalan non-kekerasan. Ia sendiri menulis: "Tolong kencangkan tali perlawanan terhadap kekerasan dan kebencian dengan mengikuti gerakan tanpa kekerasan demi keadilan bagi semua orang di seluruh negeri."

Baca Juga: 5 Fakta Trofeo Ronaldinho, dari Penyambutan Suporter hingga Terjadi Keributan

Ketidaksenangan Desmond Tutu terhadap penjajahan pemerintah Israel, bukan kepada orang Yahudi, juga ada alasannya. Dalam penjajahan selalu ada kapitalisasi binsis dari penjajahan tersebut. Diseluruh dunia ada sekitar 1.6 juta orang yang mengikuti gerakan Avaaz dan mengkampanyekan anti-korporasi yang mendulang untung dari penjajahan Israel.

Antara lain ABP dari Belanda, Barclays Bank, suplier sistem keamanan G4S milik Bill and Melinda Gates Foundation, perusahaan transportasi Veolia dari Perancis, perusahaan komputer Heelett-Packard, dan suplier bulldozer Caterpillar (Haaretz, 26 Desember 2021).

"Desmond Tutu menegaskan bahwa Perjuangan membela Palestina bukan merupakan urusan agama, namun lebih pada urusan moral dan kemanusiaan. Menurut Tutu penjajahan Israel adalah repetisi atau pengulangan terhadap cara kerja Apartheid. Ada kekerasan sistemik dan ketidakadilan hukum. Ada kepentingan korporasi kapitalis di balik proyek klaim keagamaan itu,"jelasnya.

Kemanusiaan (al-Insaniyah) yang diperjuangkan oleh Tutu adalah pesan profetik dan ruh agama yang harus dibumikan oleh siapapun yang mengaku dirinya beriman. Dalam konteks yang lebih luas Kemanusiaan (al-Insaniyah) juga harus menjelma dalam filosofi berbangsa dan bernegara terlebih hal itu merupakan amanah konstitusi, Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Artinya, negara hendaklah menjadi isntrumen yang mampu melindungi dan mengayomi rakyatnya. Bukan sebaliknya, negara menjadi instrumen yang melakukan aksi kekerasan, penindasan dan segala bentuk ketidak adilan yang bisa merusak nilai-nilai kemanusiaan di tengah rakyatnya.

Baca Juga: Jokowi Tiba di Jerman Disambut Pasukan Berpakaian Adat Bavaria

Halaman:

Editor: Suryadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah