Wah! Ada Kembaran Christo Redentor Brasil di Lanny Jaya Papua

- 22 Maret 2023, 20:03 WIB
Penampakan kembaran Christo Redentor Brasil di Lanny Jaya Papua
Penampakan kembaran Christo Redentor Brasil di Lanny Jaya Papua /Muhammad Rafiq/Dok. Istimewa

Sosok di Balik Christo Redentor Papua

Pendirian Monumen Kasih Karunia di Malagayneri berawal dari kedatangan 450 Personel Satgas Organik Yonif Mekanis 203/Arya Kamuning diberangkatkan ke Papua pada Juni 2022 silam.

Tak kurang dari 50 pasukan tempur ini ditempatkan khusus di Wilayah Distrik Malagayneri, Lanny Jaya, Wamena, Pegunungan Tengah, Papua.

Yonifmek 203/AK dipimpin oleh Letkol Inf Achmad Zaki, S.Sos,. M.M. Ini adalah pasukan di bawah naungan Brigade Infanteri Mekanis 1 Pengaman Ibu Kota/Jaya Sakti, Kodam Jaya.

Sejumlah aksi teritorial digelar Yonifmek di wilayah itu. Mulai dari rehabilitasi gereja, perbaikan sanitasi lingkungan, pendirian MCK, sumbangan pakaian, buku-buku rohani dan alkitab, serta aksi sosial semisal pengobatan dan pelayanan kesehatan sampai pada pendirian Monumen Kasih Karunia ini.

Tentu saja, upaya-upaya para prajurit TNI Angkatan Darat ini sangat diapresiasi Para Gembala Gereja setempat bahwa nyata ada perubahan di wilayah mereka.

Pendeta Yus Kogoya, Pendeta Yusiron Kiwo, dan Ibu Gembala Geraja Mama Merry menyampaikan ucapan terima kasihnya. Mereka sudah punya rumah ibadah yang representatif dengan lingkungannya terlihat lebih baik, rapi dan indah, bersih dan nyaman.

Sebenarnya siapa sosok di balik aksi-aksi sosial Yonifmek 203/AK ini? Ternyata ia adalah salah seorang pengusaha yang bermukim di Tangerang, Banten. Namanya Gunadi Karjono.

Saat ini, Direktur Utama PT. Vadel Ksatria Samudra Indonesia. Untuk aksi sosialnya, lelaki tamatan University of Western Sydney, Australia ini mendirikan Perhimpunan Karunia Merah Putih.

Menurutnya, dukungannya untuk Pos Malagayneri adalah bentuk pelayanan pribadinya terhadap Tuhan, dan sebagai Wujud Bela Negara yang ingin dilakukannya untuk Indonesia.

“Tak enak menyandang merek WNI Keturunan yang sering disebutkan oleh orang-orang. Padahal kami ini WNI, warga negara Indonesia saja. Tdak ada embel-embel keturunan. Kami lahir, besar dan kemudian mati di Tanah Air ini. Itu artinya kami adalah orang Indonesia. Percayalah kalau dibelah dada ini, hanya akan terlihat Merah Putih,” sebut dia.

Ia hanya bangga bisa menjadi Warga Negara Indonesia yang belajar berbakti kepada Bangsa dan Negara, dan agar Tuhan berkenan dengan apa yang telah ia lakukan.

Dengan membantu Satgas TNI itulah, cara lelaki kelahiran Semarang, 10 Juni 1972 ini menunjukkan dia sebagai orang Indonesia.

Dana yang dipakainya berasal dari tabungan pribadi dan usahanya di Tangerang. Awalnya, ia sudah berpesan agar namanya tak dituliskan, ternyata salah seorang perwira di Pos Malagayneri berkeras agar namanya tetap dicatatkan.

“Kami percaya Tuhan Maha Tahu, tetapi semua orang harus diberitahu apa yang sudah kita lakukan. Itu agar orang lain tidak memandang kita sebelah mata. Semua orang harus tahu ada seorang anak bangsa sangat rindu berbuat untuk bangsa dan negaranya lewat Satgas TNI di ujung timur Indonesia”, ungkap Letda Inf Siskamak.

Gunadi yakin bila monumen ini akan menambah destinasi wisata religi di Papua. Ia juga yakin ini akan merangsang pergerakan ekonomi dan sosia budaya setempat yang damai dan membawa kesejahteraan masyarakat setempat di masa depan. ***

Halaman:

Editor: Muhammad Rafiq


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x