SUARA JAYAPURA - Mario Dandy Satriyo (MDS), putra dari pejabat Ditjen Pajak jadi sorotan publik usai menganiaya David.
David sendiri tak lain adalah anak salah satu petinggi Pengurus Pusat GP Anshor dianiaya dengan cara brutal.
Baca Juga: Rafael Alun Trisambodo Mundur dari ASN Ditjen Pajak, Nasib Mario Dandy Lebih Memilukan
Akibatnya, korban mengalami luka sangat serius hingga harus ditangani medis. Sampai saat ini kabarnya belum juga siuman.
Kebrutalan Mario Dandy Satriyo ini membuat pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel angkat bicara.
Ia mengatakan wajar jika Mario brutal karena pola pengasuhan orang tua. Hal itu jadi pemicu munculnya faktor risiko.
“Masih muda, pengasuhan pemanjaan secara berlebihan, bisa dipandang sebagai kondisi yang memunculkan faktor risiko pada yang bersangkutan. Jadi wajar kalau dia brutal seperti itu,” kata Reza.
Baca Juga: Rafael Alun Trisambodo, Ayah Mario Dandy Pelaku Penganiayaan Minta Maaf ke David
Reza menjelaskan terhadap pelaku kekerasan, salah satu yang ditakar lewat risk assessment adalah tingkat kemandirian, baik kemandirian finansial maupun sosial.
Semakin seseorang tidak mandiri, kata dia, maka semakin tinggi risiko perilaku kekerasannya.
“Barangkali ini yang publik sangkut pautkan dengan gaya hidup mewah yang bersangkutan,” kata Reza.
Baca Juga: Wajib Terapkan 3 Amalan Agar Anak Tumbuh Cerdas dan Membanggakan Orang Tua dari Ustaz Adi Hidayat
Mario Bukan Anak-anak
Reza menyebut Mario bukan masuk dalam kategori anak, melainkan sudah berusia dewasa. Sehingga perlu disikapi sebagai orang dewasa.
"Beda dengan penyikapan terhadap pelaku anak-anak, terhadap pelaku dewasa publik boleh marah,” paparnya.
Soal video Mario menganiaya David beredar di media sosial dan viral, diperlihatkan tersangka menganiaya korban secara brutal.
Baca Juga: Status Bharada E Sangat Serius Kata Pengamat Meski Dianggap sebagai Aset Polri
Menurut Reza, kendaraan mewah yang digunakan pelaku mendorong peningkatan rasa percaya diri, lebih macho, dan chauvinistic.
Parahya lagi, hal itu menurunkan pemikiran tentang konsekuensi perbuatannya. Sama seperti seseorang saat membawa senjata.
“Senjata membuat pemiliknya menjadi impulsif. Boleh jadi itu pula sensasi yang bersangkutan selaku pengguna mobil mewah,” paparnya.
Baca Juga: 4 Pertanyaan untuk Polri dari Pengamat Soal Kembalinya Bharada E
Peluang Jalan Damai
Reza mengatakan kasus seperti ini bisa diselesaikan melalui upaya damaiatau restorative justice dengan syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi.
Seperti diselenggarakan berdasarkan kehendak kedua pihak, adanya pengakuan bersalah dari si pelaku.
Baca Juga: Ustaz Adi Hidayat Ingatkan Bahaya Istidraj, Semua Terlihat Lancar-lancar Saja!
Paling penting, tidak memaksa kedua pihak untuk mencapai kesepakatan tertentu dalam perdamaian itu.
Aparat Jangan Takut
Reza mengingatkan aparat penegak hukum yangmenangani perkara ini agar tidak disertai dengan perasaan perasaan takut.
Baca Juga: Kunjungi Puskesmas Abepura, BPJS Kesehatan Tekankan Pentingnya Aplikasi Mobile JKN
Mengingat latar belakang orang tua pelaku merupakan pejabat Ditjen Pajak Kementerian Keuangan.
Sementara korban merupakan anak petinggi PP GP Anshor. Apalagi, Menteri Agama sampai dibuat marah lantara aksi Mario.
“Pada sisi lain, saya tidak melihat pelaku itu anaknya siapa dan korban itu anaknya siapa. Semata-mata supaya saya, lebih-lebih aparat penegak hukum tidak bias melihat peristiwa ini,” kata Reza, dikutip suarajayapura.com dari Antara.***