Menurut surat kabar Daily Sabah, Omar A ditambahkan ke daftar Mossad sebagai target potensial setelah penelitian itu.
Omar A pernah dibujuk agar bisa ditangkap untuk dibawa ke Tel Aviv supaya bisa diinterogasi oleh agensi tersebut secara anonim.
Ia ditawari pekerjaan melalui perusahaan perangkat lunak Norwegia pada tahun 2019, tetapi menolak karena kecurigaan keterlibatan Israel. Pada tahun 2020, Omar A pindah ke Istanbul di Turki.
Di tahun 2021, agen Mossad bernama Raed Ghazal menyamar sebagai manajer hak asasi manusia di perusahaan Prancis, Think Hire, menawarkan pekerjaan kepada Omar A.
Baca Juga: Mahkamah Pidana Internasional Mulai Penyelidikan, Penjajah Israel Melempem?
Agen itu mewawancarainya dua kali dan berusaha mendapatkan Omar A untuk mendapatkan pekerjaan bergabung dengan perusahaan.
Agen Mossad lainnya bernama Omar Shalabi menghubunginya dari perusahaan yang diduga sama dan meyakinkan Omar A untuk menyelesaikan proyek pengkodean perangkat lunak seharga USD10.000.
Di tahun 2022, agen Mossad lainnya bernama Nikola Radonij, ditemani tiga orang lainnya yang bekerja untuk intelijen Israel, menyamar sebagai tim pengembang, kemudian menghubungi peretas Palestina tersebut.
Upayanya masih sama, menawarinya pekerjaan, baik di Brasil atau di Istanbul, sambil memberi semangat untuk bepergian ke luar negeri.***