"Pedagang dikenai 20 persen dari setiap item yg laku. Padahal marginnya paling 40 persen. Kalo 20 persen diambil mereka kebayang dong pedagang dapet apanya?," ucap Wulan pada Jumat, 1 Juli 2022.
"Akhirnya harga di platform online itu dinaikkan dulu. Itu juga ga sampe 20 persen, gak tega sama pembeli. Soalnya pembeli juga harus menanggung platform fee," tambah Wulan.
Baca Juga: Begini Situasi di Papua Setelah DPR RI Tetapkan 3 Provinsi Baru
Selain itu, Wulan juga mengatakan bawha beberapa platform online tidak memberikan edukasi yang baik dan hanya sekedar membakar uang.
Parahnya, platform online memberikan promo namun tak ada yang dibiayai oleh platform online tersebut, pedagang yang ikut membiayai promo.
"Jeleknya dari mereka ini tidak memberi edukasi yg baik, sekadar bakar uang. Dia jor-joran kasih promo. Tapi, promo itupun sekarang gak ada yang semua dibiayai mereka. Pedagang juga ikut membiayai," jelas Wulan.
Baca Juga: Selamat, 12,8 Juta Orang Dapat BLT UMKM Rp600 Ribu, Begini Cara Cek Penerima Bantuan Lewat HP
Menurutnya pembeli terbiasa dengan hujan promo, begitu promo berhenti penjual sepi.
"Pembeli udah terbiasa dgn hujan promo. Begitu promo berhenti, penjualan ya sepi lagi," ujar Wulan.
"Pembeli hanya mau promo. Sementara ya pedagang ga bisa selalu promo. Ga mampu kalo diturutin terus," ujarnya.*** (Kannia Nur Haida Komara/pikiran-rakyat.com)