Proses Akal Mencari Tuhan dari Ustaz Arifin Ilham

4 November 2023, 07:21 WIB
Potret Ustaz Arifin Ilham jelaskan 1 hal yang diinginkan orang yang mengalami sakaratul maut. /Instagram/

SUARA JAYAPURA - Mendiang Ustaz Arifin Ilham dikenal sebagai salah satu pendakwah dengan ceramahnya yang menyentuh. 

Salah satu ceramahnya yang sampai saat ini masih didengar, yakni tentang rasionalitas Al-Quran bagaimana akal mencari Tuhan. 

Ceramahnya ini tersebar di berbagai platform media sosial dan YouTube, baik dalam bentuk potongan maupun utuh. 

Baca Juga: Rocky Gerung: Kesetaraan Manusia dalam Perspektif Islam dan Pesannya kepada Pemimpin

Dimulai dari mengutip pernyataan seorang professor yang mengatakan bahwa semakin maju zaman semakin tinggi tingkat peradaban dan kebudayaan manusia, lambat tahun tapi pasti dengan pasti pula manusia berlomba-lomba meninggalkan Agama nya masing-masing.

Ustaz Arifin Ilham menjelaskan ada dua faktor yang melatarbelakangi kejadian ini. Pertama, mereka menganggap bahwa Agama tidak sanggup menjawab kebutuhan umat manusia dan tidak sesuai lagi dengan zaman, sehingga sengaja tidak sengaja, sadar tidak sadar, lahirlah Agama baru atau memang mereka melahirkan Agama baru itu.

Kedua, mereka menyatakan “otak ku adalah Tuhan ku” dengan kemampuan otak melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka menganggap bukanlah Tuhan yang menciptakan Manusia, tapi Manusia lah yang mengada-adakan Tuhan alias Manusia yang menciptakan Tuhan.

"Dengan alibi yang nakal maka mereka bertanya “kalau memang Tuhan itu ada lalu dimana adanya? Kalau memang Tuhan itu ada kapan adanya? Telur ayam kah dulu atau ayam dulu? Kalau memang Tuhan itu ada bagaimana wujudnya?”," katanya. 

Baca Juga: Poligami Tanpa Sepengetahuan Istri Pertama Menurut Islam, Ada Fatwanya dan Pendapat Syaikh

Kata Ustaz Arifin Ilham, tidak mustahil ada Agama yang mewujudkan Tuhan dalam bentuk benda-benda, hewan, dan manusia.

"Kalau memang alam raya ini ciptaan Tuhan, lalu siapa yang menciptakan Tuhan?" tanyanya. 

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, diperlukan pengkajian secara objektif. Kata Ustaz Arifin Ilham, jika pengkajiaannya berdasarkan subjektif, emosional atau hati, maka hasilnya adalah mismi, relatif, dan semu alias kebenaran yang terbatas.

“Semua Agama benar, menurut kepercayaan dan keyakinan masing-masing adalah benar tidak salah karena menurut kepercayaan masing-masing hasilnya relatif,“ katanya mengakhiri kata pengantar untuk masuk ke inti pembahasan. 

Berikut ini syarat-syarat Tuhan yang dijelaskan dalam bentuk 4 teori dan dijawab Al-Quran.

Baca Juga: Mengubah Bentuk Tubuh demi Popularitas Dibolehkan dalam Islam? Ini kata Ustaz Adi Hidayat 

1. Teori Relatifitas

Menurut Einstens, semua terbatas oleh 4 dimensi diantaranya ruang, waktu, daya dan guna. Selama terbatas oleh 4 dimensi ini disebut alam raya, berarti syarat Tuhan yang pertama adalahmutlak tidak terbatas.

Kalau ada yang bertanya Tuhan itu di mana, berarti terbatas oleh dimensi tempat dan itu bagian dari alam. Tuhan tidak terbatas oleh dimensi tempat.

Kemudian, jika ada yang bertanya kapan, berarti itu terbatas oleh dimensi waktu. Juga jika ada yang bertanya bagaimana, berarti itu terbatas oleh dimensi wujud dan guna.

Lalu siapa yang menciptakan Tuhan? maka sudah pasti jawabannya akan berhenti di kata Tuhan. 

Berarti teori relatifitas menyatakan Tuhan itu mutlak tidak terbatas, hanya alam raya yang terbatas oleh 4 dimensi.

Baca Juga: Lupa? Ini Bacaan Niat Puasa Ramadhan Arab Lengkap dengan Artinya

Dalam Al-Quran:

Bahwa Tuhan itu mutlak dan alam raya ini terbatas, Allah SWT menjawabnya di surah Al-Ikhlas.

Surah Al-Ikhlas mengandung bobot-bobot tauhiid yang luar biasa. “lam yalid walam yuulad walam yakullahuu kufuwan ahad” yang maksudnya “tidak beranak dan tidak diperanakan dan tidak satu makhluk pun yang menyerupainya”

Dan Allah menjawab juga dalam AlQuran Surat ArRahman ayat 25 & 26

Berarti manusia itu terbatas, alam itu terbatas, hanya Allah SWT yang mutlak. Allah SWT ada sebelum kata ada dan Allah tetap ada sekalipun kata ada sudah tidak ada, adanya Allah karena ketidak adaan makhluknya.

"Mata adalah instrumental yang terbatas, sesuatu yang terbatas maka hasilnya pun terbatas, melihat mata itu sendiri mata tidak pernah sanggup, berarti teori pertama sudah terjawab dalam surat Al-Ikhlas," katanya.  

Baca Juga: Bedanya Orang Berilmu dengan Tidak Berilmu, Ini Penjelasan Ustaz Adi Hidayat

2. Teori Non Otomatis

Segala di muka bumi ini tidak ada yang otomatis, atau terjadi dengan sendirinya. Karena dibalik wayang pasti ada dalang, dibalik film pasti ada sutradara, di balik permainan pasti ada pemain, dibalik ciptaan pasti ada pencipta.

Maka mungkinkah rotasi efolusi alam yang menakjubkan ini akan terjadi dengan sendirinya.

Maka teori non otomatis ini menjelaskan bahwa adanya pencipta alam raya ini, berarti Tuhan sebagai pencipta, maka dengan mudah teori non otomatis ini menggugurkan teori ateis yang menyatakan Tuhan itu tidak ada.

"Sebenarnya ia sudah ber Tuhan, ber Tuhan akalnya, tatkala ia menyatakan Tuhan itu tidak ada, itulah yang menjadi Tuhan nya," katanya. 

Dalam Al-Quran:

Bahwa dimuka bumi ini tidak ada yang otomatis. Masih ingat cerita Nabi Ibrahim AS ketika mencari Tuhan. Kisah ini Allah abadikan dalam AlQur’an Surat Al-An’am ayat 75 sampai 79.

Baca Juga: Penjelasan UAS Soal Apakah Bisa Lanjut Makan Sahur Saat Tiba-tiba Adzan Subuh

3. Teori The Most (Paling Tertinggi)

Teori ini menjelaskan ada tinggi, paling tinggi, tertinggi. Kemudian ada kuasa, paling kuasa, terkuasa. Ada mulia, paling mulia, termulia.

Maka hanya ada satu dalam artian Tuhan. Tuhan itu hanya satu tidak dua tidak tiga apalagi multi Tuhan.

"Kemudian satu dalam artian kebenaran, yang benar itu hanya satu semuanya salah, pasti ada satu kebenaran obyektif diantara kebenaran subyektif. Pasti ada emas diantara timah tembaga dan besi, pasti ada mutiara disela-sela lumpur, pasti ada Tuhan diantara hantu-hantu, pasti ada Agama diantara agama-agama," jelasnya. 

Dalam Al-Quran:

Bahwa Tuhan itu hanya satu terjawab dalam Al-Quran dalam surah Al-Ikhlas “Qulhu wallahu ahad” artinya “katakanlah bahwa Allah itu ahad”.

Tentu makna Ahad berbeda dengan satu, karena satu itu berbilang berjumlah berkali berbagi. Sementara Allah SWT tidak berbilang tidak berjumlah tidak berkali.

"Ahad adalah Esa atau Tunggal, Allah itu Ahad," jelasnya. 

Kemudian satu dalam artian kebenaran, yang benar hanya satu semuanya salah. Allah menjawab dalam Al-Quran surat Al-Fatah ayat 28

Inilah yang dikatakan oleh Proffesor Lord “bila engkau fikir sungguh-sungguh, niscaya ilmu mu akan memaksa dirimu mencari Tuhan”.

 

4. Teori Supernature Power

Adanya kekuatan dahsyat dibalik nature. Contoh yang sederhana adalah roh yang ada pada tubuh kita, di mana roh adalah bion yang hidup, justru tubuh ini bion yang mati.

Mayat bermata bertelinga berkaki tapi tidak dapat berbuat apa-apa karena ruhnya sudah tidak ada.

"Berarti ruh adalah bion yang hidup dan sampai detik ini tidak ada seorang professor pun berhasil mendeteksi bentuk dari pada ruh," katanya. 

Dalam Al-Quran:

Kaitannya dengan Ruh telah terjawab dalam Al-Quran surah Al-Israa’ ayat 85, di mana ada kata Qolila bermakna sedikit sangat amat sedikit.

Imam Ali ditanya “apa yang dimaksud dengan Qolila?”, kemudian Imam Ali menjawab dengan analogi “telunjuk tanganmu celupkan kelautan, angkat setetes yang jatuh itulah ilmu mu, lautan adalah ilmu AlQur’an”.

Walau ditambah lagi lautan ditambah lagi lautan semisal berkali-kali lautan pun kemudian pohon dijadikan pensil tidak akan bisa menulis menjabarkan ilmu-ilmu Allah.

"Lautan gambaran luas dan dalam, berarti secerdas-cerdasnya manusia, Qolila sama denan ilmunya amat sangat sedikit, lalu tidak dapat dibandingkan dengan lautan yang amat sangat luas dan dalam," jelasnya.***

Editor: Muhammad Rafiq

Tags

Terkini

Terpopuler