SUARA JAYAPURA - Papua dikenal dunia sebagai salah satu daerah penghasil orang-orang pintar atau cerdas di Papua.
Bagaimana tidak, banyak putra-putri Papua berkiprah di berbagai lini sektor, bahkan ada yang masih bersekolah di luar negeri.
Guna mendukung kualitas pendidikan bagi warga Papua, pemerintah sampai memprogramkan beasiswa menggunakan dana otonomi khusus (Otsus).
Baca Juga: 5 Daerah Penghasil Orang Pintar di Papua, Merakue yang Kelima, Juaranya Bukan Jayapura
Adapun indikator daerah penghasil orang pintar dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Diketahui, nilai IPM menjelaskan bagaimana penduduk di suatu daerah dapat mengakses hasil pembangunan, salah satunya memperoleh pendidikan.
Nah, dari seluruh daerah di Papua, diambil yang paling tinggi nila IPM nya dibanding daerah lainnya.
Dilansir suarajayapura.com dari buku Papua dalam Angka 2023, Kota Jayapura merupakan daerah tertinggi nilai IPM nya.
Kota Jayapura memiliki populasi tertinggi di Papua dengan jumlah penduduk sebanyak 410,8 ribu jiwa. Sedangkan nilai IPM di Kota ini mencapai 80,61.
Profil
Kota Jayapura merupakan ibu kota dari Provinsi Papua yang terletak paling Timur di Indonesia
Daerah ini berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua Nugini, yang terletak di Teluk Jayapura.
Dalam sejarahnya, Kota Jayapura didirikan oleh Kapten Infanteri F.J.P. Sachse dari kerajaan Belanda pada 7 Maret 1910.
Baca Juga: Dikabulkan MA, Mantan Maling Uang Rakyat Tidak Bisa Nyaleg Sebelum Bebas
Dari tahun 1910 ke 1962, Kota Jayapura ini dikenal sebagai Hollandia merupakan ibu kota distrik dengan nama yang sama di timur laut pulau Papua bagian barat.
Selain itu, Kota Jayapura juga sempat disebut Kota Baru dan Sukarnopura (Sukarnapura, 1964) sebelum menyandang nama yang sekarang pada tahun 1968.
Secara etimologi, arti literal dari Jayapura adalah Kota Kemenangan, jika diambil dari bahasa Sanskerta artinya jaya yang berarti kemenangan dan pura berarti kota.
Nama tersebut menggantikan nama Sukarnopura dan diberikan Suharto pada masa orde baru sebagai upaya De-Soekarnoisasi untuk menghilangkan sisa-sisa peninggalan Sukarno.***