Terungkap Alasan Kuat Dibalik Keputusan Soeharto Izinkan Freeport Kuras Harta Karun Papua

- 7 Oktober 2023, 22:15 WIB
lustrasi - Sejumlah Haul Truck dioperasikan di area tambang terbuka PT Freeport Indonesia di Timika, Papua.
lustrasi - Sejumlah Haul Truck dioperasikan di area tambang terbuka PT Freeport Indonesia di Timika, Papua. /ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja./

SUARA JAYAPURA - Tidak yang tidak kenal dengan tambang emas yang kini dikelola Freeport.

Soeharto menjadi aktor dibalik keputusan mengizinkan Freeport menguras tambang emas Papua yang merupaka harta karun bumi cedrawasih. 

Kehadiran tambang emas Freeport ini tidak hampir tidak pernah lepas dari polemik bagi Indonesia. 

Dalam catatan cejarah, Soeharto ternyata sosok yang mengizinkan empas Papua dikuras habis Freeport.

Baca Juga: 5 Daerah Penghasil Orang Pintar di Papua, Kota Jayapura Nanti Dulu, Biak Masuk Tiga Besar

Atas izin Soeharto kala itu, Amerika Serikat melalui Freeport dibolehkan emas tersebut dieksplorasi.

Dibalik itu, ternyata ada agenda terselubung mengapa Freeport diizinkan untuk menambang emas di Tanah Papua.

"Inilah Alasan Dibalik Keputusan Soeharto Berikan Izin Freeport Menguras Emas Di Papua," ungkap caption di TikTok @perjalanan.bangsa.45, dikutip pada Sabtu, 7 Oktober 2023. 

Baca Juga: 3 Daerah Penghasil Padi Terbesar di Papua, Tapi Merauke Nanti Dulu, Jayapura Kalah Jauh dari Daerah Ini

Dalam video itu, dijelaskan pada 7 April 1967, Soeharto memberikan izin kepada Freeport Sulphur of Delaware untuk melakukan penambangan di Papua.

Saat itu, Soeharto belum genap dua bulan menjabat sebagai Presiden kedua Republik Indonesia.

Keputusan itu bertentangan dengan masa pemerintahan Orde Lama, di mana Presiden Soekarno tidak pernah mengizinkan investasi perusahaan asing di negaranya.

Namun, keputusan Soeharto menjadikan Freeport sebagai perusahaan penanaman modal asing pertama yang beroperasi di Indonesia.

Baca Juga: Pemkot Jayapura Bantu Kapal dan Alat ke Nelayan, Bank Indonesia Papua: Kendalikan Inflasi

Langkah Cepat 

Pada masa awal Orde Baru, situasi perekonomian Indonesia terpantau masih mengalami ketidakstabilan.

Hal itu semakin tampak jelas ketika terjadi peristiwa G30SPKI dan kerusuhan di beberapa daerah setelah terjadinya pergantian kekuasaan.

Salah satu dampak dari kondisi itu adalah inflasi meningkat mencapai 600-700 persen yang ditandai dengan lonjakan harga kebutuhan pokok.

Imbas dari perekonomian tidak stabil memuat agenda pembangunan infrastruktur berhenti. 

Di saat masa depan ekonomi Indonesia makin suram, Presiden Soeharto mengambil keputusan tepat dengan membuka peluang investasi untuk Freeport.

Baca Juga: Peringkat Persipura Hari Ini di Klasemen Grup 4 Liga 2, Poin Persiba Balikpapan Bertambah

Awal Kerjasama Dimulai

Alhasi, dilakukan penandatanganan kontrak kerja antara Pemerintah Indonesia dengan Freeport untuk kegiatan penambangan tembaga di Papua Barat dilakukan di Departemen Pertambangan Indonesia.

Saat itu, Pemerintah Indonesia diwakili Menteri Pertambangan, Ir. Slamet Bratanata dan pihak Freeport diwakili oleh Robert C. Hills selaku Presiden Freeport Sulphur dan Forbes K. Wilson sebagai Presiden Freeport Indonesia anak perusahaan Freeport Sulphur.

Prosesi penandatangan kontrak kerja disaksikan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Marshall Green.

Dalam kerjasamanya, Freeport diberikan konsesi lahan penambangan seluas 10.908 hektar
untuk kontrak selama 30 tahun yang berlaku sejak kegiatan komersial pertama dilakukan.

Baca Juga: Jadi Wadah Bisnis Berkesinambungan bagi UMKM, Shopee Jadi E-Commerce Terfavorit untuk Berjualan

Setelah penandatangan itu, Freeport memulai aktivitas penambangan emas dan tembaga di Papua pada tahun 1973.

Jelang akhir tahun itu, pengapalan pertama sebanyak 10.000 ton tembaga dilakukan dengan tujuan Jepang.

Kemudian Soeharto terbang menuju Papua untuk meresmikan fasilitas produksi di Tembagapura.

Pada peresmian iu, Soeharto terlihat senang dan gembira karena kesuksesan penambangan di Freeport.

Ia memandang bahwa investasi Freeport di Indonesia merupakan bukti kepercayaan investor dalam menanamkan uangnya di negara ini.***

Editor: Muhammad Rafiq


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah