Proyek Ratusan Triliun Sulawesi Tengah Saingi Mesir, Dibangun 2024? Ini Dampak Positifnya

24 Maret 2024, 09:16 WIB
Foto Satelit Penampakan Terusan Suez yang Macet /reuters

SUARA JAYAPURA - Sulawesi Tengah sedang gencar membangun sejumlah infrastruktur beberapa tahun terakhir. Terlepas dari punya daya tarik investasi, IKN jadi salah satu faktor majunya pembangunan di provinsi ini. 

Dari sekian banyak proyek di Sulawesi Tengah, ada satu paling prestisius dan bersejarah dalam infrastruktur Indonesia. Bahkan digadang-gadang termahal di Indonesia. 

Dilansir dari laman sultengprov.go.id, proyek termahal ini sudah dimasukkan dalam RPJMD Sulawesi Tengah Tahun 2021-2026.

Baca Juga: Demi Kemajuan, Sulawesi Tengah Bakal Terbelah Jika Proyek Termahal Ini Berhasil di Bangun, Ini Manfaatnya

Hadirnya proyek ini tidak terlepas dari posisi Sulawesi Tengah sebagai daerah pertama dan paling terdekat dengan IKN. Sekaligus disulap menjadi gerbang kawasan Indonesia Timur. 

Untuk mewujudkan hal itu, proyek ini harus membelah pulau Sulawesi, menghubungkan Selat Makassar dengan Teluk Tomini. 

Terusan Khatulistiwa

Proyek termahal itu bernama Terusan Khatulistiwa, infraskturut penghubung bakal menyaingi terusan Suez di Mesir. 

Terusan ini dapat memperlancar dan mengefektifkan waktu dari IKN menuju daerah di kawasan Indonesia Timur. 

Baca Juga: Penampakan Pulau Sombori, Raja Ampat-nya Sulawesi Tengah yang Eksotis dan Menawan

Sekaligus mengurangi biaya bahan bakar setiap kali harus memutas pulau Sulawesi untuk sampai ke Maluku maupun Papua. 

Terusan Khatulistiwa rencananya akan dibangun dengan panjang 28 km, menghubungkan dua selat, yakni Selat Makassar dengan Teluk Tomini. 

Pembangunan terusan ini memilik dua opsi. Pertama, mengeruk tanah dengan lebar 200 meter di Sulawesi Tengah. Tantangan yang dihadapi mengeruk sebuah gunung yang tingginya mencapai 70 meter. Jumlah material yang bakal dibuang diprediksi melebihi 2 juta meter kubik.

Baca Juga: Keren! Sulawesi Tengah Bangun Bandara di Pulau Cantik, Surganya Healing Berkelas

Kedua, mengeruk gunung setinggi 450 meter dengan material terbuang 3 juta meter kubik. Sayangnya, panjang terusan untuk opsi kedua ini lebih pendek yakni 18,5 km dengan lebar 200 meter. Tentu tidak sesuai target yang seharusnya sepanjang 28 km.

Wilayah yang dipilih ialah Desa Tambu, Kabupaten Donggala dan Desa Kasimbar, Kabupaten Parigi Moutong.***

Editor: Muhammad Rafiq

Tags

Terkini

Terpopuler